Oleh: Siti Hajar
Aku sangat prihatin setiap hari mendengar kabar tentang makin banyaknya orang-orang yang harus cuci darah akibat rusaknya ginjal. Aku sendiri memiliki saudara yang meninggal di usia muda—satu di usia 37 tahun dan satu lagi bahkan di usia 19 tahun saat mereka mengembuskan napas terakhir.
Ini sungguh menyedihkan. Benar
adanya, ginjal itu tidak pernah mengeluh. Dia pemalu, tidak bilang-bilang.
Tahunya sudah rusak parah, dan begitu rusak, tidak bisa diperbaiki lagi.
Kita semua mungkin bisa memaklumi bila penderita
diabetes atau hipertensi di akhir hidupnya harus rutin melakukan HD
(Haemodialisis) dua atau tiga kali seminggu. Namun, yang sungguh memilukan
adalah ketika anak-anak, usia 7 tahun hingga belum genap 20 tahun, juga harus
mengalami nasib serupa. Mereka adalah tumpuan harapan orang tua mereka
masing-masing, tapi karena kerusakan ginjal, harapan itu perlahan-lahan pupus
di balik selang dan mesin cuci darah.
Di tengah kesibukan dan gaya hidup serba cepat,
minuman berwarna-warni dan makanan kemasan yang praktis sering kali menjadi
pilihan utama. Rasanya lezat, tampilannya menggoda, dan tersedia di mana-mana.
Tapi di balik kemasan menarik itu, tersimpan ancaman yang pelan tapi pasti
menggerogoti salah satu organ vital tubuh yaitu ginjal.
Ginjal adalah organ luar biasa yang bekerja tanpa
henti menyaring racun dari darah, menjaga keseimbangan cairan, serta membuang
limbah metabolik melalui urin. Seperti penyaring alami, ginjal sangat
bergantung pada asupan yang kita konsumsi. Sayangnya, ginjal bukan penyihir—ia
tak mampu memproses zat berbahaya secara terus-menerus tanpa konsekuensi.
Banyak produk kemasan, terutama yang berlabel “rasa buah”, “lebih segar”, atau “ekstra manis”, mengandung pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, atau sukralosa. Zat-zat ini mungkin lolos dari standar keamanan pangan dalam batas tertentu, namun konsumsi jangka panjang secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan ginjal.
Belum lagi pewarna sintetis, pengawet kimia, dan penambah rasa
buatan yang turut menjadi beban kerja ginjal. Dalam jangka waktu panjang,
organ yang seharusnya bekerja secara halus dan tenang ini akan kewalahan,
hingga akhirnya mengalami penurunan fungsi.
Yang lebih mengkhawatirkan, banyak dari
kita—termasuk anak-anak dan remaja—mengonsumsi makanan dan minuman ini setiap
hari. Sering kali tanpa membaca label kandungan, tanpa memahami efek jangka
panjangnya. Anak-anak dengan ginjal yang masih berkembang akan lebih rentan
terhadap dampak akumulatif zat kimia yang mereka konsumsi lewat jajanan.
Kepada para orang tua, ini adalah
peringatan yang seharusnya tak diabaikan. Jangan bunuh anakmu pelan-pelan hanya
karena ingin memanjakan mereka. Jajanan manis berwarna, makanan asin penuh
penyedap, dan minuman kalengan dingin di lemari pendingin warung atau
minimarket bukan bentuk cinta. Itu bisa menjadi jalan sunyi menuju ruang
haemodialisis.
Jangan, Ibu-Ibu. Jangan, Bapak-Bapak. Jangan, Om,
Tante, Nenek, Kakek. Menunjukkan rasa sayang tidak dengan menjejali mereka
dengan jajanan yang penuh racun. Jika terus dibiarkan, kalian bukan hanya
sedang menyuapi mereka camilan—kalian sedang menggali liang kuburnya.
Dan kelak, bisa jadi kalian akan dikenang bukan sebagai pelindung, tapi sebagai
penyebab dari penderitaan mereka sendiri.
Berbagai studi telah menunjukkan korelasi antara tingginya konsumsi minuman manis kemasan dengan peningkatan risiko penyakit ginjal kronis (PGK). Tidak hanya itu, efek samping lain seperti peningkatan tekanan darah, diabetes, hingga kerusakan hati pun mulai mengintai.
Satu botol
minuman instan mungkin tak langsung membuat kita sakit. Tapi konsumsi harian
selama bertahun-tahun? Itulah yang menjadi bom waktu bagi tubuh kita.
Kini, sudah saatnya kita menyadari bahwa tidak
semua yang manis membawa kebaikan. Kita perlu kembali ke pilihan yang lebih
alami—air putih, infus herbal, buah segar, dan makanan rumahan tanpa tambahan
kimia. Edukasi kepada anak-anak dan masyarakat luas harus digalakkan. Dan
pemerintah pun memiliki peran penting dalam mengawasi, membatasi,
bahkan melarang produk yang terbukti membahayakan generasi.
Ini bukan tentang menakut-nakuti. Ini tentang menjaga kehidupan. Mari kita
lindungi ginjal anak-anak kita sebelum terlambat.
💧 #SelamatkanGinjalAnakKita
🥦 #JajananSehatPilihanKeluarga
❤️ #CintaItuMelindungiBukanMembahayakan
[]