Jeda Setelah Liburan, Ruang Napas yang Terlupakan

Oleh: Siti Hajar

Libur telah usai. Jalan-jalan yang penuh kenangan, tawa yang tumpah di kampung halaman, dan momen berkumpul bersama keluarga besar masih membekas hangat dalam ingatan. Tapi begitu kaki melangkah masuk ke rumah, realita menyambut dengan senyum kecut: koper-koper terbuka dengan isi berantakan, tumpukan cucian yang menanti giliran dibersihkan, dapur yang kosong dari bahan makanan, lantai yang berdebu, dan jadwal kerja yang sudah menunggu di hari berikutnya.

Bagi banyak orang, terutama para ibu, liburan justru sering kali menjadi “kerja lembur” dalam suasana berbeda. Saat yang lain bersantai, mereka tetap berpikir tentang bekal anak-anak, mencuci baju kotor setelah perjalanan, memastikan semua anggota keluarga nyaman, hingga menyiapkan segala hal untuk kembali ke rutinitas. Liburan yang mestinya menyegarkan, justru menyisakan kelelahan fisik dan mental jika tak diiringi dengan jeda—sebuah ruang napas yang sering kita lupakan.

Mengapa jeda itu penting?

Karena manusia bukan mesin. Dan ibu bukan superwoman yang bisa berpindah dari mode liburan ke mode kantor dalam sekejap mata. Setelah perjalanan jauh, tubuh butuh istirahat. Pikiran perlu tenang. Rumah harus dipulihkan agar tidak menjadi sumber stres saat aktivitas kembali dimulai.

Satu atau dua hari jeda setelah liburan adalah bentuk perawatan diri yang sederhana, tapi berdampak besar. Waktu untuk mencuci pakaian tanpa terburu-buru, merapikan koper, mengisi kembali stok dapur, dan yang terpenting: menyelaraskan kembali irama batin dengan rutinitas harian. Di waktu jeda itu, ibu bisa menyeduh teh hangat, merebahkan badan sejenak, menata ulang agenda minggu depan, atau sekadar diam tanpa gangguan.

Jeda bukanlah bentuk kemalasan, tapi strategi agar energi tak terkuras habis. Memulai kerja dengan tubuh lelah dan rumah yang kacau hanya akan membuat kita cepat jenuh, mudah emosi, dan tak fokus. Sebaliknya, jeda memberi ruang agar kita hadir kembali di dunia kerja dengan versi terbaik dari diri kita—segar, siap, dan tidak membawa sisa kelelahan dari liburan kemarin.

Liburan yang bijak bukan hanya soal pergi, tapi juga soal pulang.

Dan di antara “liburan” dan “rutinitas,” mari sisipkan satu kata penting: jeda. Karena dari sanalah kita mengisi ulang, bukan hanya koper yang dibongkar, tapi juga semangat yang kembali dikemas rapi.

Setelah lama dari liburan kini kembali ke rutinitas yang sangat cepat mendapatakan kebosanan. Ativitas harian yang terus dilakukan berulang-ulang seperti tanpa akhir. Sejak dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Namun, ini adalah kehidupan yang harus dijalani tidak peduli hati senang tidak nyaman, sedang sedih kesal dan berasa menderita. Keluar rumah harus tetap tersenyum. Tidak ada yang boleh mengetahuinya. Satu yang perlu orang tahu, lingkungan sekitar paham paham semuanya berjalan baik-baik saja. Semua harus terselesaikan sebagaimana harapan.

Bismillah semoga semuanya berjalan baik sampai dengan liburan mendatang. []



Lebih baru Lebih lama