Libur telah usai. Jalan-jalan yang penuh kenangan, tawa yang tumpah di kampung halaman, dan momen berkumpul bersama keluarga besar masih membekas hangat dalam ingatan. Tapi begitu kaki melangkah masuk ke rumah, realita menyambut dengan senyum kecut: koper-koper terbuka dengan isi berantakan, tumpukan cucian yang menanti giliran dibersihkan, dapur yang kosong dari bahan makanan, lantai yang berdebu, dan jadwal kerja yang sudah menunggu di hari berikutnya.
Bagi banyak
orang, terutama para ibu, liburan justru sering kali menjadi “kerja lembur”
dalam suasana berbeda. Saat yang lain bersantai, mereka tetap berpikir tentang
bekal anak-anak, mencuci baju kotor setelah perjalanan, memastikan semua
anggota keluarga nyaman, hingga menyiapkan segala hal untuk kembali ke
rutinitas. Liburan yang mestinya menyegarkan, justru menyisakan kelelahan fisik
dan mental jika tak diiringi dengan jeda—sebuah ruang napas yang sering
kita lupakan.
Mengapa jeda
itu penting?
Karena manusia
bukan mesin. Dan ibu bukan superwoman yang bisa berpindah dari mode liburan ke
mode kantor dalam sekejap mata. Setelah perjalanan jauh, tubuh butuh istirahat.
Pikiran perlu tenang. Rumah harus dipulihkan agar tidak menjadi sumber stres
saat aktivitas kembali dimulai.
Satu atau dua
hari jeda setelah liburan adalah bentuk perawatan diri yang sederhana, tapi
berdampak besar. Waktu untuk mencuci pakaian tanpa terburu-buru, merapikan
koper, mengisi kembali stok dapur, dan yang terpenting: menyelaraskan kembali
irama batin dengan rutinitas harian. Di waktu jeda itu, ibu bisa menyeduh teh
hangat, merebahkan badan sejenak, menata ulang agenda minggu depan, atau
sekadar diam tanpa gangguan.
Jeda bukanlah
bentuk kemalasan, tapi strategi agar energi tak terkuras habis. Memulai kerja
dengan tubuh lelah dan rumah yang kacau hanya akan membuat kita cepat jenuh,
mudah emosi, dan tak fokus. Sebaliknya, jeda memberi ruang agar kita hadir
kembali di dunia kerja dengan versi terbaik dari diri kita—segar, siap, dan
tidak membawa sisa kelelahan dari liburan kemarin.
Liburan yang
bijak bukan hanya soal pergi, tapi juga soal pulang.
Dan di antara
“liburan” dan “rutinitas,” mari sisipkan satu kata penting: jeda. Karena
dari sanalah kita mengisi ulang, bukan hanya koper yang dibongkar, tapi juga
semangat yang kembali dikemas rapi.
Setelah lama
dari liburan kini kembali ke rutinitas yang sangat cepat mendapatakan kebosanan.
Ativitas harian yang terus dilakukan berulang-ulang seperti tanpa akhir. Sejak dari
bangun tidur hingga tidur lagi.
Namun, ini
adalah kehidupan yang harus dijalani tidak peduli hati senang tidak nyaman,
sedang sedih kesal dan berasa menderita. Keluar rumah harus tetap tersenyum. Tidak
ada yang boleh mengetahuinya. Satu yang perlu orang tahu, lingkungan sekitar
paham paham semuanya berjalan baik-baik saja. Semua harus terselesaikan sebagaimana
harapan.
Bismillah semoga semuanya berjalan baik sampai dengan liburan mendatang. []