Garuda Muda Kini Dipastikan Melenggang ke Piala Dunia Qatar 2025 dan Bagaimana Nasib Sang Kakak-U23

 

Oleh: Siti Hajar

Tidak tahu bermula dari mana, Dara-anak kami berusia 14 tahun, setiap hari bercerita tentang bola. Mau tidak mau emaknya menyimak setiap cerita yang mengalir deras dan berapi-api dari sang buah hati.

Alasann itulah, mamaknya juga ikut menulis tentang persepak bolaan tanah air yang menuai prestasi membanggakan. Kemenangan Timnas Indonesia U-17 di ajang Piala Asia U-17 2025 menjadi babak baru dalam kisah sepak bola Tanah Air. Bukan sekadar kemenangan di atas kertas, tapi juga kemenangan mental, semangat, dan keyakinan bahwa anak-anak negeri ini mampu bersaing di panggung Asia bahkan dunia. Baiklah mari kita mulai.

Di babak grup, Garuda Muda menghadapi lawan-lawan tangguh. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan penuh perjuangan. Setelah mengalahkan Yaman dengan skor 4-1, semalam 11/4 2025 Timnas kebanggaan kembali menorah kemengan atas Afghanistan 2-0 di Prince Abdullah Al-Faisal pada Jumat dini hari (11/4-2025). U-17 menjadi tidak terkalahkan

Afghanistan dan Yaman bukan lawan yang mudah, tapi anak-anak asuhan Bima Sakti tampil tanpa gentar.

Menit ke-15 saat melawan Yaman,  Zahaby Gholy membuka skor dengan tembakan jarak jauh yang begitu bersih dan berani. Tak lama berselang, Fadly Alberto menanduk bola dengan sempurna setelah menerima umpan silang matang—menggandakan keunggulan Indonesia dan menggandakan semangat yang membara.

Yaman sempat mencetak gol balasan lewat titik putih lewat kaki supernya Mohammed Wahib Al-Garash, membuat tensi pertandingan kembali meninggi. Namun inilah momen ketika karakter tim diuji. Dan Garuda Muda menjawabnya dengan tenang. Di menit-menit akhir pertandingan, Evandra Florasta mencuri sorotan. Bukan satu, tapi dua gol ia persembahkan untuk Indonesia—yang pertama dari eksekusi penalti yang dingin, dan yang kedua dari penyelesaian apik yang membungkam keraguan.

Permainan semalam perjuangan Timnas Indonesia U-17 melawan Afghanistan sangat heroic, setelah di babak awal tidak satupun membuahkan gol, baru pada menit-menit terakhir 2 gol tercipta dengan aduhai.

Pemain Afgjanistan sempat melakukan beberapa pergantian pemain untuk menambah daya gedor. Beberapa peluang emas sempat tercipta, namun belum mampu berbuah gol.

Afghanistan juga tidak menyerah dan terus memberikan tekanan. Lini belakang Indonesia U-17 yang dikomandoi oleh Putu Panji tampil cukup disiplin dalam mengamankan area pertahanan dari ancaman serangan lawan. Di pengujung laga, penggemar Timnas Indonesia U-17 bersorak setelah, Fadli Alberto (90+4') dan Zahaby Gholy (90+6') mencetak gol dramatis.

Kemenangan ini membuat Garuda Muda mengunci posisi sebagai juara Grup C dengan nilai sempurna sembilan poin. Sementara Korea Selatan mengamankan status runner up.

U-17 membuktikan bahwa dengan keberanian, kerja tim, dan tekad, batas-batas bisa dilampaui. Dan untuk kita semua, kemenangan ini bukan hanya tentang bola. Ia adalah kisah tentang harapan yang tak pernah padam.

Pelatih Bima Sakti berhasil meramu tim ini dengan sentuhan tenang dan penuh kepercayaan. Para pemain tampil tanpa beban, saling menopang, dan tumbuh dalam setiap pertandingan. Nama-nama seperti Evandra Florasta, Zahaby Gholy, dan Fadly Alberto memang mencuri perhatian, tapi sesungguhnya seluruh timlah yang menjadi pahlawan: dari lini belakang yang kukuh, hingga pengatur ritme di tengah lapangan yang sabar dan cermat.

Namun di tengah gemerlap sorak-sorai kemenangan ini, sorotan juga tertuju pada Timnas Indonesia U-23 yang tengah menapaki jalur berbeda. Jalur yang lebih berat. Di ajang Piala Asia U-23, mereka dihadapkan pada tantangan besar: menghadapi dua raksasa Asia—Tiongkok dan Jepang. Lawan-lawan ini bukan hanya kuat secara teknis dan taktis, tetapi juga kaya akan pengalaman dan mental juara.

Jika Garuda Muda U-17 sedang menari dalam cahaya kemenangan, maka Timnas U-23 tengah berjalan di lorong yang penuh batu. Perjuangan masih panjang. Namun,  keduanya mengajarkan hal yang sama: bahwa sepak bola adalah tentang keberanian melangkah, tak peduli betapa terjalnya jalan di depan.

Dan seperti biasa, harapan kita tetap sama. Untuk melihat Merah Putih berkibar lebih tinggi. Untuk mendengar Indonesia Raya berkumandang lebih sering. Dan untuk menyaksikan anak-anak negeri ini terus melangkah—dengan kepala tegak dan hati yang menyala.

Garuda dilahirkan untuk terbang bukan untuk merayap.  Semoga Kakak Beradik mendapat peluang yang sama, sama-sama menuju Piala Dunia Qatar 2025. []

Lebih baru Lebih lama