Oleh: Siti Hajar
Tidak tahu
bermula dari mana, Dara-anak kami berusia 14 tahun, setiap hari bercerita
tentang bola. Mau tidak mau emaknya menyimak setiap cerita yang mengalir deras
dan berapi-api dari sang buah hati.
Alasann itulah,
mamaknya juga ikut menulis tentang persepak bolaan tanah air yang menuai prestasi
membanggakan. Kemenangan Timnas Indonesia U-17 di ajang Piala Asia U-17 2025
menjadi babak baru dalam kisah sepak bola Tanah Air. Bukan sekadar kemenangan
di atas kertas, tapi juga kemenangan mental, semangat, dan keyakinan bahwa
anak-anak negeri ini mampu bersaing di panggung Asia bahkan dunia. Baiklah mari
kita mulai.
Di babak grup,
Garuda Muda menghadapi lawan-lawan tangguh. Pertandingan demi pertandingan
dilalui dengan penuh perjuangan. Setelah mengalahkan Yaman dengan skor 4-1,
semalam 11/4 2025 Timnas kebanggaan kembali menorah kemengan atas Afghanistan 2-0
di Prince Abdullah Al-Faisal pada Jumat dini hari (11/4-2025). U-17 menjadi
tidak terkalahkan
Afghanistan dan Yaman
bukan lawan yang mudah, tapi anak-anak asuhan Bima Sakti tampil tanpa gentar.
Menit ke-15 saat
melawan Yaman, Zahaby Gholy membuka skor
dengan tembakan jarak jauh yang begitu bersih dan berani. Tak lama berselang,
Fadly Alberto menanduk bola dengan sempurna setelah menerima umpan silang
matang—menggandakan keunggulan Indonesia dan menggandakan semangat yang
membara.
Yaman sempat
mencetak gol balasan lewat titik putih lewat kaki supernya Mohammed Wahib
Al-Garash, membuat tensi pertandingan kembali meninggi. Namun inilah momen
ketika karakter tim diuji. Dan Garuda Muda menjawabnya dengan tenang. Di
menit-menit akhir pertandingan, Evandra Florasta mencuri sorotan. Bukan satu,
tapi dua gol ia persembahkan untuk Indonesia—yang pertama dari eksekusi penalti
yang dingin, dan yang kedua dari penyelesaian apik yang membungkam keraguan.
Permainan
semalam perjuangan Timnas Indonesia U-17 melawan Afghanistan sangat heroic,
setelah di babak awal tidak satupun membuahkan gol, baru pada menit-menit
terakhir 2 gol tercipta dengan aduhai.
Pemain
Afgjanistan sempat melakukan beberapa pergantian pemain untuk menambah daya
gedor. Beberapa peluang emas sempat tercipta, namun belum mampu berbuah gol.
Afghanistan juga
tidak menyerah dan terus memberikan tekanan. Lini belakang Indonesia U-17 yang
dikomandoi oleh Putu Panji tampil cukup disiplin dalam mengamankan area
pertahanan dari ancaman serangan lawan. Di pengujung laga, penggemar Timnas
Indonesia U-17 bersorak setelah, Fadli Alberto (90+4') dan Zahaby Gholy (90+6')
mencetak gol dramatis.
Kemenangan ini
membuat Garuda Muda mengunci posisi sebagai juara Grup C dengan nilai sempurna
sembilan poin. Sementara Korea Selatan mengamankan status runner up.
U-17 membuktikan
bahwa dengan keberanian, kerja tim, dan tekad, batas-batas bisa dilampaui. Dan
untuk kita semua, kemenangan ini bukan hanya tentang bola. Ia adalah kisah
tentang harapan yang tak pernah padam.
Pelatih Bima
Sakti berhasil meramu tim ini dengan sentuhan tenang dan penuh kepercayaan.
Para pemain tampil tanpa beban, saling menopang, dan tumbuh dalam setiap
pertandingan. Nama-nama seperti Evandra Florasta, Zahaby Gholy, dan Fadly
Alberto memang mencuri perhatian, tapi sesungguhnya seluruh timlah yang menjadi
pahlawan: dari lini belakang yang kukuh, hingga pengatur ritme di tengah
lapangan yang sabar dan cermat.
Namun di tengah
gemerlap sorak-sorai kemenangan ini, sorotan juga tertuju pada Timnas Indonesia
U-23 yang tengah menapaki jalur berbeda. Jalur yang lebih berat. Di ajang Piala
Asia U-23, mereka dihadapkan pada tantangan besar: menghadapi dua raksasa Asia—Tiongkok
dan Jepang. Lawan-lawan ini bukan hanya kuat secara teknis dan taktis, tetapi
juga kaya akan pengalaman dan mental juara.
Jika Garuda Muda
U-17 sedang menari dalam cahaya kemenangan, maka Timnas U-23 tengah berjalan di
lorong yang penuh batu. Perjuangan masih panjang. Namun, keduanya mengajarkan hal yang sama: bahwa
sepak bola adalah tentang keberanian melangkah, tak peduli betapa terjalnya
jalan di depan.
Dan seperti
biasa, harapan kita tetap sama. Untuk melihat Merah Putih berkibar lebih
tinggi. Untuk mendengar Indonesia Raya berkumandang lebih sering. Dan untuk
menyaksikan anak-anak negeri ini terus melangkah—dengan kepala tegak dan hati
yang menyala.
Garuda dilahirkan untuk terbang bukan untuk merayap. Semoga Kakak Beradik mendapat peluang yang sama, sama-sama menuju Piala Dunia Qatar 2025. []