Saya memiliki
anak remaja awal kelas 1 SMP. Namun, kelihatannya merapikan tempat tidur belum
benar-benar dia lakukan sebagai bentuk tanggung jawab. Padahal, katanya anak
akan meniru kebiasaan orang tuanya. Saya sendiri merasa termasuk orang tua yang
cukup rajin merapikan tempat tidur—atau jangan-jangan belum cukup rajin?
Hihihi.
Buat kamu yang juga punya anak tapi masih susah diajak merapikan tempat tidurnya sendiri, mungkin ada beberapa trik yang bisa dicoba agar kebiasaan ini menjadi bagian dari rutinitas mereka. Saya menulis ini sambil belajar untuk diri sendiri
Anak-anak,
terutama di usia remaja awal, sering kali masih merasa bahwa merapikan tempat
tidur bukanlah hal yang penting. Mereka cenderung lebih fokus pada hal-hal yang
menurut mereka lebih menarik, seperti bermain game, menonton video, atau
langsung beraktivitas begitu bangun tidur. Itulah sebabnya, pendekatan yang
tepat diperlukan agar mereka bisa melihat bahwa merapikan tempat tidur adalah
bagian dari tanggung jawab pribadi, bukan sekadar tugas tambahan yang membebani
mereka.
Salah satu cara
paling efektif adalah memberikan contoh langsung. Jika anak melihat bahwa orang
tuanya konsisten merapikan tempat tidur setiap hari, mereka akan lebih mudah
memahami bahwa ini adalah kebiasaan yang perlu dilakukan. Tapi, kadang hanya
melihat saja tidak cukup, jadi perlu juga diberi pemahaman bahwa tempat tidur
yang rapi bisa membuat kamar terasa lebih nyaman dan menyenangkan. “Kita akan
terasa nyaman berada di kamar yang bersih dan rapi.”
Mulai
dari yang Sederhana. Untuk anak kecil, ajarkan langkah-langkah sederhana
seperti menarik selimut atau menyusun bantal. Beri tugas sesuai dengan usianya
agar mereka tidak merasa kewalahan. Insyaallah pelan-pelan ditambahkan dengan
menarik sprei. Nanti menyapu lantai, seterusnya
mengepel dan menempatkan barang-barang sesuatu pada tempatnya.
Membuat
aktivitas ini terasa lebih menyenangkan juga bisa menjadi solusi. Salah satu
strateginya adalah menjadikannya sebagai tantangan kecil—siapa yang bisa
merapikan tempat tidur paling cepat dan paling rapi? Jika anak merasa bahwa ini
bukan tugas yang membosankan, mereka akan lebih mudah terbiasa melakukannya
tanpa harus disuruh terus-menerus.
Ingat saat kita
kecil dulu, kalau sudah disuruh Ibu, sudah enggan melakukannya. Anak kita pun
demikian. Mungkin saja kita harus memilih kata saat meminta mereka melakukannya.
Misalnya, “Ayo semangat, Dik rapikan tempat tidur, agar nanti saat tidur tidak
ditemani semut.”
Penting juga
untuk memberikan apresiasi atas usaha mereka. Tidak harus dengan hadiah besar,
cukup dengan pujian yang tulus atau sekadar mengakui bahwa mereka telah
melakukan tugasnya dengan baik. Anak-anak, meskipun sudah memasuki usia remaja,
tetap membutuhkan pengakuan dari orang tua bahwa mereka telah melakukan sesuatu
dengan benar.
“Nah, gini dong,
anak gadis itu, bersih, rapi dan wangi.” Atau bisa juga dengan memberikan
reward berupa hadiah kecil berupa peralatan sekolah atau apa saja yang disenanginya.
Yang paling penting adalah tetap sabar dan konsisten. Kebiasaan tidak terbentuk dalam satu atau dua hari, tetapi jika terus diingatkan dengan cara yang baik, lambat laun mereka akan mulai terbiasa. Jadi, jangan bosan untuk mengajak mereka melakukan hal ini setiap hari, ya! []