Seberapa Penting Menulis Itu

 


Seberapa Penting Menulis Itu

Oleh: Siti Hajar

Bagi saya menulis adalah menyimpan cerita untuk diri sendiri. Banyak kejadian berharga terjadi sehari-hari yang menurut saya penggalan-penggalan kisah hidup ini menjadi pembelajaran untuk diri sendiri, penerus dan juga pembaca (semoga).

Ide Menulis

Seringkali saya ditanyakan, bagaimana sih, kok kayaknya gampang banget nemu ide untuk menulis? Jujur teman-teman bagi saya tidaklah mudah. Ide ini kadang datang, tetapi sulit eksekusinya. Tidak jarang saat menulis tentang ide yang tiba-tiba muncul, eh belum dua baris sudah terhenti. Kok, bisa ngadat?. Iya, kadang karena topiknya terlalu berat bagi saya, sedangkan yang saya tahu dan saya pahami itu belum terlalu dalam. Susah mengembangkan ide yang tadinya sudah terpikirkan, maka ini akan menjadi draft dalam folder saya. Jika ini terjadi saya tidak menghapusnya. Saya abaikan saja dia.

Teman-teman saya adalah tipe penulis yang menulis hal-hal yang saya alamai langsung. Jika pun tidak, tetapi saya mendapatkan cerita lengkapnya. Jika tidak pasti saya tidak puas dengan tulisan yang saya buat. 

Saya merasa belum menamatkannya, harusnya ada unsur yang menguatkan ide cerita. Namun, kadang juga saya santai saja saat menyadari bahwa eksekusi ceritanya dangkal, saya sering mengedit kembali jika saya menemukan kalimat atau diksi pelengkap ceritanya.

Tidak jarang saya membela diri, bahwa tulisan saya memang seperti ini. Jika orang lain menulis lebih baik dan lebih lengkap, saya akan jujur mengakuinya. Namun, apakah saya mau merendahkan diri saya dengan mengatakan bahwa tulisan saya tidak bermutu. Oh, tidak Ferguso, kamu salah. saya tetap bangga apa yang sudah saya tulis. Ini adalah versi saya. Tentu ada daya tarik tersendiri. Bukannya semua buku atau tulisan akan menemukan pembacanya. 

Tentu saya tidak berpuas diri dengan ilmu menulis yang sudah saya dapatkan. Buktinya sampai saat ini saya terus belajar dari kelas ke kelas. Secara online maupun offlline. Saya pindah dari kelas gratis ke kelas berbayar. Untuk apa? Semua karena saya merasa masih perlu terus belajar. Saya tidak berpuas diri dengan apa yang sudah saya dapatkan sekarang.

Waktu Menulis

Jika ditanyakan kapan waktu yang sering saya gunakan untuk menulis. Jawabannya adalah kapan saja. Kapan saya merasa rileks dan terlintas ide ingin menulis tentang apa, saya akan langsung menulis. Namun, akhir-akhir ini saya sering menuliskan ide yang muncul di buku catatan saya, andai saya belum ada waktu untuk menuliskannya. Saya akan membuka kembali catatan itu, dan kemudian menyelesaikannya satu-satu.

Umumnya penulis, mungkin juga saya, saat hati merasa tidak nyaman, susah untuk menulis. Jika ada masalah, baiknya segera selesaikan masalah terlebih dahulu baru kemudian balik lagi ke catatan ponsel atau computer untuk menyelesaikan yang sudah diniatkan.

Folder berisikan draft yang belum saya selesaikan. Kadang saya malu dengan ini. Ini idenya banyak tapi untuk menuliskan sebuah cerita atau artikel yang utuh membutuhkan waktu lebih lama.

Namun, bagi teman-teman yang kadang mengalami hal seperti saya, abaikan saja. Insyallah sebuah tulisan yang ngadat pun akan selesai pada waktunya.

Menulis sebagai Healing

Akhir-akhir ini jika ada masalah saya berhenti untuk bercerita kepada teman atau orang terdekat saya, kecuali suami, hihihi. Saya memilih menelan sendiri atau menuliskan kisah itu dalam bentuk cerita. Ini menjadi obat bagi jiwa saya saat merasa terluka. Rasa sakit pelan-pelan akan hilang.

Dengan menulis jiwa saya menjadi tenang. Saya juga akan mudah memaafkan orang lain. Saya mencoba untuk melihat dari kacamata orang lain. Dalam Islam, diajarkan untuk memberi uzur kepada seseorang yang melakukan kesalahan. Self talk  saya berupa pertanyaan, kira-kira mengapa dia melakukan atau mengucapkan kata-kata itu. Mungkin saja saat itu kondisi mentalnya sedang ada gangguan, sedang ada masalah. Dengan demikian, mungkin saja jika kita berada di posisinya akan melakukan hal yang sama. Ada banyak maaf untuk orang-orang terdekat kita. Tidak baik menyimpan dendam.

Menulis Belajar Memilih Kata

Merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang tersusun menjadi paragraf-paragraf sehingga akan membentuk suatu keutuhan cerita yang lengkap itu membutuhkan seni. Seni dalam memilih kata. Jika kebiasaan ini sudah terbentuk, maka akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi. Teknik berkomunikasi itu sangat penting. Ketika kita berhadapan dengan orang-orang di lingkungan kita. Cara kita bertanya, menjawab, memberi saran menyampaikan pendapat akan mencirikan diri pribadi kita. Dengan sering menulis, kita akan terlatih untuk menggunakan diksi-diksi yang baik dan menarik dalam percakapan sehari-hari.

Penulis Harus Membaca

Jika ingin menjadi penulis sudah seharusnya banyak membaca. Membaca buku apa saja. Fiksi, non fiksi, puisi, cerpen, cerita anak, nonton berita, dan bahkan nonton film. Ini juga akan memperkaya wawasan literasi bagi seorang penulis. Membaca tidak pernah ada ruginya. Bagi penulis membaca itu wajib. Satu lagi, jika ingin menulis suatu topik tertentu jangan lupa untuk riset. Riset ini penting untuk menghindari cacat logika dalam tulisan kita.

Demikian teman-teman, semoga ini ada manfaatnya. Bagi teman-teman dengan latar belakang apapun saya pikir keahlian dalam menyampaikan apapun itu penting. Maka itu menulislah.

Baik teman-teman. Salam sukses selalu. Love your life

 

                                                        Sumber Foto: Dokumen Pribadi

 

 

Lebih baru Lebih lama