Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dan Kaitannya dengan Overthinking

 



Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dan Kaitannya dengan Overthinking

Oleh: Siti Hajar

Entah mengapa saya selalu penasaran dangan sesuatu yang berbau psikologis. Akhir-akhir ini saya sering menonton youtube dan podcast. Ada banyak bahasan tetang mental illness yang dialami millenials. Saya pikir tidak hanya millenilas yang hidup di era digital yang terpapar media sosial tanpa filter dapat mengalami gangguan OCD, NPD, Depresi, gangguan makan-bulimia, enroksia.

Namun mungkin saja dulu gangguan semacam ini ada, tetapi tidak separah sekarang, dan juga kasus-kasusnya tidak dilaporkan. Atau mungkin saja kasusnya tidak sebanyak sekarang, sehingga kita tidak tahu bahwa ini adalah masalah klasik.

Baiklah untuk kali ini kita hanya akan membahas mengenai OCD dan Overthinking saja dulu.

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang ditandai dengan munculnya obsesi dan kompulsi yang berulang, sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya. Individu yang mengalami OCD kerap dihantui oleh pikiran yang tidak diinginkan dan berulang, yang menyebabkan kecemasan yang mendalam. Untuk meredakan kecemasan tersebut, mereka melakukan tindakan berulang atau ritual tertentu yang meskipun disadari tidak masuk akal, tetap sulit untuk dihentikan.

Misalnya, seseorang yang memiliki obsesi terhadap kebersihan akan terus-menerus mencuci tangan atau membersihkan barang-barangnya, bahkan hingga menghabiskan banyak waktu dalam sehari. Ada juga yang terobsesi dengan keteraturan dan kesempurnaan, merasa cemas jika sesuatu tidak berada dalam posisi yang dianggap benar. Pikiran obsesif seperti ketakutan akan bahaya yang mungkin menimpa diri sendiri atau orang lain juga sering kali menjadi pemicu utama munculnya perilaku kompulsif.

Hal-hal sederhana sebenarnya. Namun, beberapa menganggap bahwa ini adalah kebiasaan dan tidak akan berpengaruh pada gangguan mental. Namun, lagi-lagi jika frekuensinya cenderung meningkat dari hari ke hari, tentu ini akan berbahaya dalam daily activities, maka ini sudah dianggap gangguan kejiwaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, OCD dapat membawa dampak yang besar. Banyak individu yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan ritual tertentu, sehingga produktivitas mereka menurun. Rutinitas harian menjadi terganggu, baik dalam pekerjaan, sekolah, maupun hubungan sosial. Tidak jarang penderita merasa frustrasi karena kesadaran bahwa tindakan mereka tidak rasional, namun tetap sulit dikendalikan.

Bagi mereka yang mengalami OCD dalam tingkat ringan, ada beberapa cara yang dapat membantu mengelola kondisi ini. Memahami bahwa OCD adalah gangguan mental yang dapat diatasi merupakan langkah awal yang penting. Dukungan dari keluarga dan teman-teman juga sangat berperan dalam membantu penderita menghadapi tantangan yang mereka alami.

Terapi kognitif perilaku atau terapi eksposur dan respons-prevensi merupakan beberapa metode yang terbukti efektif dalam mengurangi gejala OCD. Mengelola stres melalui meditasi, olahraga, atau aktivitas relaksasi juga dapat membantu meredakan kecemasan yang muncul akibat OCD.

Salah satu aspek yang sering kali dikaitkan dengan OCD adalah overthinking atau berpikir berlebihan. Overthinking terjadi ketika seseorang terus-menerus memikirkan sesuatu tanpa solusi yang jelas.

Hal ini sering kali mengarah pada kecemasan yang berlebihan, karena pikiran-pikiran yang berulang membuat seseorang merasa terjebak dalam kekhawatiran yang tidak kunjung usai. Seperti OCD, overthinking juga dapat mengganggu tidur, menyebabkan kesulitan dalam mengambil keputusan, serta menurunkan tingkat konsentrasi dan produktivitas seseorang.

Orang yang sering mengalami overthinking cenderung merasa khawatir terhadap berbagai aspek dalam hidupnya, baik itu masa lalu, masa depan, maupun situasi yang sedang mereka hadapi. Mereka mungkin terus-menerus mempertanyakan keputusan yang telah mereka ambil, membayangkan skenario terburuk, atau merasa takut terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi.

 Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional seseorang.

Untuk mengatasi overthinking, penting untuk belajar mengendalikan pola pikir negatif. Salah satu caranya adalah dengan mencoba menyadari kapan overthinking terjadi dan mengalihkan fokus ke hal yang lebih positif.

Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi stres dan mengalihkan pikiran dari kekhawatiran yang berlebihan. Selain itu, melatih kesadaran penuh atau mindfulness dapat membantu seseorang lebih fokus pada saat ini, tanpa terbebani oleh kekhawatiran yang belum tentu terjadi.

Menetapkan batas waktu untuk merenungkan suatu hal juga bisa menjadi strategi yang bermanfaat. Alih-alih membiarkan pikiran terus berlarut-larut dalam analisis yang berlebihan, seseorang dapat mengalokasikan waktu tertentu dalam sehari untuk berpikir dan kemudian beralih ke aktivitas lain.

Jika overthinking atau OCD sudah mulai mengganggu kualitas hidup, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental adalah langkah terbaik untuk mendapatkan dukungan dan strategi penanganan yang lebih efektif. Datanglah ke Psikolog. Dalam tingkat keparahan yang cukup tinggi harus datang ke psikiater.

Baik OCD maupun overthinking dapat memberikan dampak besar terhadap kehidupan seseorang, namun dengan pemahaman yang tepat dan penerapan strategi yang sesuai, keduanya dapat dikelola dengan baik. Dengan mencari dukungan, melakukan terapi, dan mengadopsi kebiasaan yang sehat, individu dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan terhindar dari tekanan mental yang berlebihan. Semoga kita selalu Allah jaga dan Allah hindari dari ganggung kejiwaan seperti OCD, overthinking dan teman-temannya.[]

 

Lebih baru Lebih lama