Oleh: Siti Hajar
Kopi adalah minuman yang berasal dari biji tanaman Coffea,
yang pertama kali ditemukan di Afrika, tepatnya di Ethiopia. Dari sana, kopi
menyebar ke Timur Tengah dan menjadi bagian penting dari budaya Arab. Pada abad
ke-17, kopi mulai masuk ke Indonesia melalui kolonialisasi Belanda yang
menanamnya di Jawa dan Sumatra. Aceh, sebagai salah satu pusat perdagangan
utama di Nusantara, menjadi daerah yang turut mengembangkan tanaman kopi.
Hingga saat ini, Aceh dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi,
terutama kopi Gayo yang sudah mendunia.
Kopi Robusta yang tumbuh di dataran menengah dan dataran
rendah pun banyak peminatnya. Siapa yang tidak kenal kopi ulee kareng. Kopi
Ulee Kareng diolah dari biji kopi Robusta. Menurut Dr. Ir. Adriani Sa Siahaan,
MP. Dalam bukunya Kopi di Berbagai Ketinggian Tempat (2022) mengatakan bahwa ketinggian
ideal untuk budidaya kopi Arabika adalah antara 1.200 hingga 1.400 meter di
atas permukaan laut (mdpl), sementara kopi Robusta tumbuh optimal pada
ketinggian 500 hingga 700 mdpl.
Sementara Justia Iriani, et all (2022) mengatakan bahwa
perbedaan ketinggian tempat tumbuh dapat mempengaruhi kandungan kafein dalam
biji kopi. Ini tentu akan sangat perpengaruh terhadap rasa dari kopi itu
sendiri.
Kopi bukan sekadar minuman, tetapi juga budaya yang sulit
dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kandungan kafein dalam kopi memberikan
efek stimulan yang membuat peminumnya merasa lebih segar dan fokus. Efek ini
yang menyebabkan banyak orang sulit berhenti minum kopi. Seiring waktu, minum
kopi menjadi kebiasaan harian yang hampir tidak tergantikan, baik di pagi hari,
saat bekerja, maupun ketika bersantai.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam
jumlah yang wajar dapat memberikan manfaat kesehatan. Kafein dalam kopi dapat
meningkatkan konsentrasi, mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif seperti
Alzheimer dan Parkinson, serta menurunkan risiko diabetes tipe 2. Namun,
konsumsi berlebihan juga bisa berdampak buruk seperti peningkatan tekanan
darah, gangguan tidur, dan kecemasan.
Kutaraja aalah nama lain dari Banda Aceh. Berasal dari
Kuta=Kota dan Raja artinya Kota para Raja. Hari ini di sini warung kopi tumbuh
dengan sangat pesat. Hampir di setiap sudut kota dapat ditemukan warung kopi
yang selalu dipenuhi pelanggan dari berbagai kalangan, mulai dari anak muda,
ibu rumah tangga, mahasiswa, pekerja kantoran, buruh, hingga nelayan. Budaya
minum kopi bukan hanya sekadar menikmati minuman, tetapi juga menjadi bagian
dari aktivitas sosial. Masyarakat menjadikan warung kopi sebagai tempat
bertemu, berdiskusi, bekerja, hingga sekadar bersantai.
Fenomena menjamurnya warung kopi di Banda Aceh bisa
dikatakan sebagai tren yang sulit dibendung. Tidak hanya penduduk lokal, para
tamu yang datang ke Aceh sering kali kagum dengan budaya ngopi yang begitu kuat
di daerah ini. Mereka melihat bagaimana warung kopi bukan hanya sekadar tempat
makan dan minum, tetapi juga menjadi bagian dari identitas sosial masyarakat
Aceh. Tidak sedikit wisatawan yang menyempatkan diri untuk merasakan pengalaman
unik nongkrong di warung kopi khas Aceh.
Budaya ngopi memiliki dampak sosial yang cukup signifikan.
Positifnya, warung kopi menjadi tempat bertukar informasi, membangun jaringan
sosial, hingga mendorong perekonomian lokal. Namun, ada juga dampak negatif,
seperti meningkatnya angka perceraian akibat suami yang lebih sering
menghabiskan waktu di warung kopi dibanding bersama keluarga. Selain itu,
kebiasaan ngopi yang berlebihan juga bisa meningkatkan pengeluaran rumah tangga
yang kurang terkontrol. Mau tahu cara amannya, ajak anggota keluarga, istri dan
anak ikut serta. Istri senang, suami aman.
Jika ingin membuka warung kopi di Banda Aceh, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan selain lokasi yang strategis, rasa kopi yang enak,
dan suasana yang nyaman. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah
pelayanan yang baik, variasi menu makanan dan minuman, serta strategi pemasaran
yang tepat. Konsep unik juga bisa menjadi nilai tambah, seperti menyediakan
fasilitas co-working space disertai dengan wifi dengan speed yang
memadai. Tentu ini akan lebih menarik banyak pelanggan.
Untuk membuka warung kopi dengan tiga muka pintu ruko, modal
yang diperlukan bervariasi tergantung konsep yang diusung. Secara umum,
estimasi modal awal bisa berkisar antara Rp200 juta hingga Rp500 juta, dengan
rincian sebagai berikut; Pertama untuk sewa ruko: Rp50 juta – Rp100 juta per
tahun. Peralatan kopi: Rp50 juta – Rp100 juta. Sementara untuk
perlengakapan furnitur dan dekorasi: Rp30 juta – Rp100 juta. Modal operasioanl
awal: Rp50 juta – Rp100 juta.
Angka ini tentu bukan akan yang cilet-cilet (main-main-Bahasa
Aceh). Perlu perhitungan yang matang serta komitmen yang tinggi untuk
menjalankan bisnis warung kopi di Kota Banda Aceh.
Namun, jika tidak terlalu serius untuk membuka warung kopi,
berniat buat hepi-hepi saja, bisa mulai dengan satu muka ruko saja dulu. Lihat
perkembangannya. Jika rame, silakan perbesar bisnis ini sesuka hati.
Kembali ke pertanyaan awal masih menguntungkah bisnis warung
kopi di Kota Banda Aceh?
Bisnis warung kopi di Banda Aceh memiliki potensi keuntungan
yang signifikan, mengingat budaya ngopi yang kuat di kalangan masyarakat lokal
dan wisatawan. Namun, persaingan yang ketat akibat pertumbuhan pesat jumlah
warung kopi menuntut strategi bisnis yang inovatif dan pelayanan yang unggul
untuk menarik pelanggan.
Secara nasional, tren bisnis kopi diperkirakan terus
berkembang pada tahun 2025, didorong oleh meningkatnya konsumsi kopi dan
perubahan gaya hidup masyarakat. Namun, pelaku usaha di Banda Aceh perlu
mempertimbangkan dinamika lokal, termasuk persaingan yang ketat dan kebijakan
pemerintah, dalam merencanakan strategi bisnis mereka.
Dengan diferensiasi produk, peningkatan kualitas layanan,
dan adaptasi terhadap regulasi setempat, bisnis warung kopi di Banda Aceh masih
memiliki peluang untuk meraih keuntungan.
Warung kopi di Banda Aceh bukan sekadar bisnis, tetapi sudah
menjadi bagian dari budaya masyarakat. Tren ini sulit dibendung karena budaya
ngopi telah melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun bisnis ini
terlihat menguntungkan, ada berbagai aspek yang perlu diperhitungkan, mulai
dari modal hingga dampak sosial yang ditimbulkan. Jadi, jika ingin terjun ke
bisnis warung kopi, selain memperhitungkan keuntungan, penting juga memahami
dinamika sosial yang menyertainya. []
Artikel ini pernah dimuat di potretonline.com