Konsep Birul Walidain di Era Digital
Oleh: Siti Hajar
Birul Walidain adalah istilah dalam Islam yang
merujuk pada sikap berbakti kepada orang tua. Kata birr berarti
kebaikan, kasih sayang, atau kebajikan, sedangkan walidain berarti kedua
orang tua. Maka, birul walidain berarti melakukan kebaikan, menghormati,
dan mematuhi orang tua, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Era digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi
menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk media
sosial, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), dan perangkat pintar lainnya.
Kecanggihan ini sangat memengaruhi peradaban manusia, termasuk kehidupan anak
dan remaja masa kini.
Perubahan ini membuat para orang tua khawatir terhadap pola
pikir dan tingkah laku anak-anak mereka. Ketergantungan pada gawai yang
menawarkan informasi tanpa filter sering kali meresahkan orang tua dan guru.
Anak-anak cenderung lebih memilih menyendiri bersama ponsel mereka daripada
berbincang dengan orang tua. Tidak jarang kita melihat di warung kopi atau
kafe, saat acara keluarga, anak-anak sibuk dengan ponsel sementara orang tua
membiarkan mereka.
Hal ini menciptakan jarak antara orang tua dan anak. Ikatan
batin di antara mereka menjadi renggang. Tidak sedikit orang tua merasa
diabaikan oleh anak-anak mereka. Bahkan, anak-anak yang tinggal bersama pun
kerap terasa jauh.
Acara keluarga yang seharusnya menjadi momen untuk berbicara
dari hati ke hati malah menjadi ajang individualitas dengan dunia
masing-masing. Fenomena ini menunjukkan bahwa screen time mendominasi
aktivitas harian anak dan remaja.
Kita tunda dahulu perdebatan tentang siapa yang salah dalam
situasi ini.
Hari ini, banyak orang tua merasa anak-anaknya tidak lagi
mengindahkan nasihat mereka. Mereka tidak peduli terhadap tanggung jawab
sebagai Muslim, seperti melaksanakan salat, mengaji, atau membantu orang tua.
Karena itu, banyak orang tua memutuskan mengirim anak-anak mereka ke pesantren,
berharap anak-anak lebih mendalami agama sekaligus menjauh dari kecanduan
gawai.
Namun, apakah ini menjadi solusi?
Tidak dapat disangkal bahwa langkah tersebut efektif bagi sebagian keluarga.
Namun, ada pula yang gagal, terutama pada anak yang telah mengalami tingkat
kecanduan gawai yang parah.
Tantangan Remaja di Era Digital
Remaja, menurut definisi WHO, adalah individu berusia 10–19
tahun. Pada usia ini, mereka mengalami pubertas dengan perubahan hormon yang
signifikan. Masa ini penuh gejolak karena mereka mencari jati diri. Sering
kali, mereka mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan dalam keluarga.
Pada usia sekolah, seperti SMP dan SMA, remaja mulai
membentuk hubungan sosial di luar rumah, seperti pertemanan, kelompok sebaya,
dan hubungan romantis.
Di era digital, mereka menghadapi tantangan berupa pengaruh
media sosial, tekanan kelompok sebaya, dan paparan informasi berlebihan. Hal
ini menjadi salah satu akar persoalan yang dihadapi remaja masa kini.
Birul Walidain: Tuntunan dalam Al-Qur'an dan Hadis
Konsep birul walidain tercantum dalam Al-Qur'an,
salah satunya dalam Surah Al-Isra ayat 23–24:
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan 'ah', dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik."
Peringatan ini menunjukkan pentingnya berbuat baik kepada
orang tua. Bahkan perkataan "ah" saja tidak diperbolehkan, apalagi
membentak atau menyakiti hati mereka.
Dalam Surah Luqman ayat 14, Allah SWT juga berfirman:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang tuamu; hanya kepada-Kulah kembalimu."
Rasulullah SAW bersabda:
"Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan
Allah tergantung pada kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi)
Berikut adalah bentuk-bentuk Birul
Walidain
1.
Menghormati dan memuliakan orang tua dengan
perkataan serta sikap yang sopan. Perkataan yang lembut dan sikap sopan santun
harusnya kepada semua orang, apalagi untuk orang tua kita sendiri. Tidak
menyakiti hati mereka dengan kata-kata kasar dan tingkah laku yang tidak
pantas. Jadilah anak yang meutuah. Anak yang baik, yang mendengar petuah orang
tua.
2.
Mematuhi perintah mereka, selama tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Jika kalian masih bersekolah, ikuti perintah
orang tua. Jika kalian diminta untuk bersekolah, bersekolahlah yang rajin. Jika
orang tua kalian meminta untuk mengerjakan salat dan puasa. Kerjakan, karena
apa yang mereka perintahkan adalah untuk kebaikan hidup kalian di dunia dan
akhirat.
3.
Membantu dan memenuhi kebutuhan mereka, baik
secara fisik maupun finansial. Jika kamu adalah anak yang masih tinggal bersama
orang tua, bantulah mereka mengurus rumah. Membantu membersihkan rumah,
menyapu, mengepel, mencuci memasak. Lakukan semampu kalian. Apalagi bila orang
tua kalian sudah tua, sudah tidak kuat lagi. Bantulah.
4.
Mendoakan kebaikan untuk mereka. Mendoakan
kebaikan untuk orang tua, yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
Hadirkan orang yang telah menyebabkan kalian lahir, yang merawat serta mendidik
kalian. Dalam setiap doa yang kamu panjatkan mintalah, “Ampuni dosa kedua
orangtuaku, ya Allah”. Doakan kebaikan di dunia dan di akhirat. Orang tua yang
telah meninggal, hanya sedekah jariyah, amalan yang baik serta doa dari anak
yang saleh yang mampu menyelamatkan mereka di alam kubur.
5.
Menjaga hubungan baik dengan teman-teman dan
kerabat mereka. Apabila kedua orangtua kalian telah meninggal jalinlah hubungan
yang baik dengan teman-teman dan kerabat mereka. Kunjungilah mereka jika kamu ada
kesempatan. Jika jarak yang jauh hubungi dan tanyakan kabar mereka. Siapa pun
tentu senang apabila ada yang perhatian dan peduli kepada mereka. Apalagi usia
mereka sudah sepuh. Seringkali mereka kesepian karena anak-anak yang sudah jauh
dan juga teman-teman mereka banyak yang sudah meninggal dunia. Kunjungi dan
tanya kabar mereka, buat mereka bahagia.
Birul walidain merupakan
salah satu bentuk ibadah yang sangat ditekankan dalam Islam. Keutamaannya
setara dengan ibadah kepada Allah, dan menjadi sebab turunnya keberkahan dalam
hidup.
Bagaimana mengaitkan birul
walidain dengan generasi sekarang? Generasi yang merasa bisa hidup sendiri,
tidak mau ikut apa kata orang tua. Generasi sekarang yang cenderung merasa independent.
Mereka dirasakan kurang menghargai nasihat orang tua.
Relevansi Birul Walidain dengan Nilai Kekinian
Generasi saat ini lebih menyukai pendekatan rasional. Birul
walidain dapat dipahami sebagai investasi emosi yang memberikan stabilitas
hubungan keluarga. Sebagai langkah konkret, bisa dibentuk program seperti
seminar, youth camp, atau komunitas yang menanamkan nilai-nilai birul
walidain. Kisah-kisah inspiratif dari mereka yang sukses berkat doa orang
tua juga dapat menjadi motivasi.
Dengan pendekatan yang relevan dan empati, konsep birul
walidain tetap menjadi harapan di era digital dan menjadi pedoman dalam
membangun generasi yang lebih baik. []
Tulisan ini pernah dimuat di potretonline.com