Harapan Rakyat Jelata untuk Gubernur Baru (Prosa)

 


Harapan Rakyat Jelata untuk Gubernur Baru

Oleh: Siti Hajar

Hari ini, Aceh menyambut pemimpinnya yang baru
Kami, rakyat kecil, tak datang membawa bunga, tak menyusun pidato megah
Hanya harapan yang mengalir dari hati, sederhana berharap ada maknanya

Makmurkanlah tanah ini, wahai pemimpin
Aceh tak kekurangan emas, lautnya luas, buminya subur, langitnya lapang
Namun mengapa masih ada perut yang mengerut, dapur yang sepi dari asap,
anak-anak yang menundukkan kepala bukan karena malu,
tetapi karena tak ada jajan di tangan, tak ada ongkos ke sekolah?

Kami berpuasa karena taat dan takut kepada Allah, bukan karena beras di karung telah habis
Kami ingin anak-anak absen dari sekolah hanya karena sakit, dan alasan yang lain
bukan karena malu berjalan kaki jauh,
bukan karena tak sanggup membayar sesuatu yang katanya "sumbangan wajib"

Wahai pemimpin, jadilah payung yang menaungi, bukan beban yang menindih
Jadilah pemimpin yang arif dan bijaksana, bukan sekadar nama dalam berita


Tunjukkanlah keadilan bukan hanya dalam janji, tetapi dalam tindakan yang nyata
Kami tidak meminta lebih dari hak kami, kami hanya ingin hidup dengan layak,
bekerja dengan tenang, makan tanpa cemas,
melihat anak-anak kami tumbuh dengan gizi yang cukup dan ilmu yang luas

Dan jangan, jangan sekali-kali kalian pertontonkan harta dan kekayaan
yang kalian kumpulkan dari keringat kami, dari hak yang seharusnya untuk rakyatmu


Kami sudah kenyang dengan pamer yang memuakkan,
jamuan mewah di atas derita,
kendaraan mewah di jalan berlubang,
istana megah di tengah rumah-rumah reyot yang hampir rubuh


Kami sudah muak dengan parade kemewahan para penguasa,
sementara kami terus dihujani janji-janji yang tak pernah ditepati

Wahai pemimpin, amanah itu berat, tapi engkau telah memilihnya
Kelak di akhirat, tanganmu akan gemetar saat Allah meminta pertanggungjawaban


Maka sebelum itu tiba, sebelum nama hanya tinggal sejarah,
berilah yang seharusnya kami terima
Tunaikan kewajibanmu, karena doa rakyat yang terzalimi tak pernah mengenal hijab

 

Darussalam, 12 Februari 2025

Puisi ini pernah dimuat di potretonline.com

 

Lebih baru Lebih lama