Cerita di Balik Poster 17-an



Cerita di Balik Poster 17-an
Oleh: Siti Hajar

Banyak cara dalam menyambut dan merayakan hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Negera Republik Indoensia yang tercinta. Tahun ini 2022 kita merayakan usianya yang ke-77 tahun. Berbagai  lomba diikuti oleh murid-murid sekolah dari berbagai jenjang pendidikan. 

Termasuk putri kami Dara yang saat ini duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar. Berdasarkan cerita Dara hasil kesepakatan murid-murid, guru dan juga kakak-kakak panitia (Kakak SMP yang masih berada dalam lingkungan sekolah yang sama) menyepakati ada beberapa lomba yang diadakan. Di antaranya adalah lomba membuat poster, lomba makan kerupuk, lomba tarik tambang, Lomba balap karung dan lomba rangking satu. 

Lomba membuat poster berdasarkan arahan guru kelas merupakan project keluarga. Di sinilah para orang tua mulai pusing. Bagiamana cara membatu anandanya menyelesaikan project bersama ini. 

Saya sebagai ibunya mulai pagi hari mulai mencari di google kira-kira apa ide kreatif untuk menyelesakan tugas yang menurut kami berat ini. Secara saya bukan yang kreatif dalam hal membuat prakarya apalagi menggambar. Dara pun demikian. Mungkin kami termasuk orang-orang yang sulit mnegekspresikan diri he he he ... bisanya mengomentari ekspresi orang (parah ini, mah). 

Lanjut ke cerita, siang pun berganti. Saya tiba di rumah pukul 17.30, menurut saya waktu sebelum magrib masih ada, sehingga bisa mengajak Dara mencara bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat poster. Tentu sebelumnya menyepakati dulu karya apa yang mau dibuat Dara. Tepatnya apa yang dipikirkan Dara.

Ternyata sesampainya saya di rumah, Dara sudah pergi mengaji. Mengaji untuk pertama kalinya, karena ikut teman dekatnya yang sudah duluan satu hari mulai mengaji. Padahal malam sebelumnya dia sudah memutuskan untuk tidak mengaji. Keputusan itu diambilnya karena saya minta, nanti mengaji saya yang antarkan ke rumah guru ngaji. Bagi saya ini penting untuk menyerahlan anak ke rumah ngaji untuk pertama kali seperti layaknya saya dulu di kampung. Namun, ternyata Dara merasa malu kalau orangtuanya harus datang ke rumah ngaji, alasannya temannya tidak diantar juga oleh orang tuanya. 

Mengetahui hal tersebut, saya agak kecewa. dan tidak memilih tidak mau peduli lagi dengan project tersebut. Sampai keesokan harinya Dara mengingatkan saya tentang project itu. Setelah semalam merajuk dan ditambah rengekan Dara akhirnya saya luluh. Besoknya yaitu hari tanggal 17 Agustus selesai mengikuti upacara kami sama-sama membeli karton manila. Untuk topiknya saat itu sama sekali belum terbayang apa yang akan kita kerjakan. 

Siang hari kami istirahat, baru setelah Asar kami mulai mengerjakan tugas Dara. Di sini yang memegang peranan penting adalah Bang Budy suami saya. Kami memutuskan untuk menggambar dan kemudian mewarnai bersama. 

Bang Budy menanyakan kepada Dara, gambar atau unsur apa yang harus ada digambar. Dara menjawab harus ada bendera merah putih dan pelangi. Berdasarkan dua elemen itu, bang Budy kemudian membuat sketsa bendera merah putih dengan latar pelangi dan awan. Benderanya ada tiang dan di bawah bendera ada gundukan tanah, batu, jalan, rumput dan juga penampakan gunung.

Mulailah kami sama-sama mewarnai dengan semangat. Satu yang kami terus mengingatkan kepada Dara saat mewarnai adalah harus searah. Untuk warnanya bebas, suka hati, yang penting dikerjakan dengan hati gembira dan bahagia. 

Lagi-lagi saat pengerjaan Dara penuh drama, tarik ulur-tarik ulur tentang luasan yang yang harus diwarnai, lagi-lagi Dara menang meminta emaknya mengerjakan porsi lebih banyak. 

Akhirnya sesaat sebelum magrib jadilah poster yang berukura 61x68 cm itu di buat. Alhamdulillah.
Buat teman Dirgahayu Indonesia ke-77 Indonesia.
 Pulih Lebih Cepat dan Bangkit Lebih Kuat. Merdekaa!! 


Lebih baru Lebih lama