Burung Puyuh dan Keunikannnya (Cerita Anak-Bab II)

                                                                              


                                           BAB II

Burung Puyuh dan Keunikannnya

Oleh Siti Hajar

Suatu hari di desa kecil, Aiman dan temannya, Faris, berjalan-jalan menyusuri kebun dan sawah yang indah. Mereka mendengar cerita tentang keajaiban di kandang milik Pak Keuchik (Kepala Desa dalam bahasa Aceh). Di kandang Pak Keuchik ada burung kecil yang unik bernama puyuh. Selama ini belum ada warga kampung mereka yang beternak puyuh. Mereka hanya mendengar namanya saja dan melihat telur puyuh dijual di pasar.

Aiman dan Faris yang penasaran segera bergegas menuju kandang tersebut. Begitu sampai, mereka melihat puyuh-puyuh yang kecil dan lucu. Puyuh-puyuh ini berbeda dari burung lainnya. Mereka tidak bisa terbang seperti burung biasa, namun mereka menghasilkan telur yang ukurannya. Warnanya juga unik dengan corak yang beragam. Warna burung puyuh biasanya antara coklat, putih dan belang.

Pak Keuchik dengan senang hati memperkenalkan Aiman dan Faris bagaimana cara memelihara puyuh. Mereka belajar bahwa puyuh adalah burung yang ramah, mudah dirawat, dan dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup banyak.Puyuh juga sangat mudah berdaptasi dengan lingkungan. Mereka tidak mudah stress dengan keadaan yang ekstrim.

"Kenapa kita tidak mencoba memelihara puyuh sendiri?" tanya Aiman penuh semangat pada Fahri.

Faris setuju, "Iya, itu ide bagus! Kita bisa memiliki peternakan puyuh di kampung kita sendiri!"

Kemudian Aiman dan Faris memutuskan untuk beternak puyuh bersama-sama. Kandang di buat di rumah Aiman. Kebetulan kandang milik ayah Aiman masih luas, sehingga cukup untuk menempatkan kandang puyuh mereka. Dibantu orang tua mereka masing-masing, Aiman dan Faris mulai serius beternak puyuh. Usaha mereka tidak terputus. Sebelum periode satu berakhir mereka sudah memelihara lagi burung puyuh yang muda. Begitu seterusnya hingga semua orang yang membutuhkan puyuh tersedia di kandang Aiman.

Mereka sengaja tidak memasarkan ke pasar-pasar. Namun, menunggu orang-orang yang mau membeli telur puyuh datang ke kandang. Hal ini agar mereka dapat melihat sendiri cara beternak puyuh. Dengan sendirinya mereka akan timbul keinginan juga untuk beternak puyuh. Sehingga lama-lama kelamaan kampung Aiman dan Faris terkenal dengan kampung puyuh. Kampung mereka sekarang memiliki banyak kandang penghasil telur dan daging puyuh.

Daging puyuh didapat dari burung puyuh yang produksi telurnya telah menurun. Agar biaya produksi dapat diturunkan maka, puyuh-puyh yang sudah tua dipotong dan dijual berupa daging puyuh. Daging puyuh selain memiliki protein yang tinggi, rasanya juga enak dan gurih.

Suatu hari, mereka mengadakan pameran telur puyuh di kampung mereka. Mereka membuat selebaan dan menyebarkan ke kampung-kampung yang lain di kecamatan mereka. Semua orang datang untuk melihat dan membeli telur dan daging puyuh yang istimewa tersebut. Warga kampung di kecamatan mereka pun ikut bahagia karena mereka memiliki tempat untuk membeli telur dan daging puyuh.

Ketika kabar tentang kesuksesan peternakan puyuh Aiman dan Faris menyebar ke kampung-kampung sekitar. Mereka mulai sering diundang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka dalam acara-acara UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Kedua sahabat ini dengan senang hati menerima undangan tersebut dan dengan semangat berbagi ilmu kepada masyarakat.

Di setiap acara, Aiman dan Faris bercerita tentang awal perjalanan mereka, dari rasa penasaran tentang burung puyuh hingga kesuksesan membangun peternakan puyuh di desa mereka. Mereka menjelaskan langkah-langkah praktis dalam memulai usaha ternak puyuh, termasuk pembuatan kandang, pemilihan pakan, dan perawatan harian.

Selain itu, Aiman dan Faris berbagi kiat-kiat mengenai manajemen waktu dan keuangan. Mereka menekankan pentingnya melibatkan seluruh keluarga dan komunitas dalam usaha tersebut, sehingga keberlanjutan peternakan dapat terwujud. Setiap cerita yang mereka bagikan dihiasi dengan keseruan, kegembiraan, dan sejumlah hikmah yang mereka dapatkan selama perjalanan mereka.

Tidak hanya itu, Aiman dan Faris juga membantu mendirikan kelompok peternakan puyuh di kampung-kampung yang mengundang mereka. Kelompok ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan bimbingan kepada warga yang tertarik memulai usaha ternak puyuh. Mereka memberikan pelatihan praktis, berkonsultasi tentang peralatan yang diperlukan, dan membantu dalam perencanaan bisnis.

Cerita ini mengajarkan Aiman dan Faris tentang tanggung jawab, kerja keras, dan kegembiraan berbagi dengan orang lain. Mereka menyadari bahwa keunikan puyuh membuat desa mereka

Mereka berbagi pengetahuan ini dengan penduduk desa, dan bersama-sama mereka mulai menciptakan berbagai hidangan lezat dengan daging puyuh sebagai bahan utama. Beberapa di antaranya adalah sate puyuh, soup puyuh, dan puyuh gorang. Hidangan-hidangan ini tidak hanya enak tetapi juga memberikan asupan nutrisi yang baik untuk semua orang di kampung

Manfaat dari telur dan daging puyuh membawa keberlanjutan ekonomi di desa mereka. Peternakan puyuh tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga memberikan sumber pendapatan tambahan bagi penduduk kampung. Aiman dan Faris merasa bangga bahwa peternakan puyuh mereka tidak hanya membawa keceriaan tetapi juga memberikan manfaat kesehatan dan ekonomi bagi komunitas mereka.

Dengan semangat gotong royong, desa Seribu Telur menjadi contoh kecil tentang bagaimana inovasi dalam beternak puyuh bisa membawa manfaat bagi semua. Keberhasilan Aiman dan Faris tidak hanya berdampak positif pada kehidupan mereka sendiri tetapi juga membantu menambah nilai ekonomi bagi seluruh warga kampung mereka.

 


Lebih baru Lebih lama