Burnout dalam
Perspektif Islam dan Cara Bijak Menanganinya
Oleh: Siti Hajar
Burnout adalah kondisi kelelahan
fisik, mental, dan emosional akibat stres yang berkepanjangan. Menurut
Christina Maslach dan Michael P. Leiter (2016), burnout terjadi ketika individu
mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang
dimilikinya, yang menyebabkan perasaan kelelahan, sinisme, dan penurunan
efektivitas kerja. Herbert Freudenberger (1974), yang pertama kali
memperkenalkan istilah ini, mendefinisikan burnout sebagai kelelahan akibat
tekanan pekerjaan yang terus-menerus dan ketidakmampuan untuk mengatasi beban
tersebut.
Ada pertanyaan kemudian apa yang membedakan antara bournout dan depresi. Bournout
adalah tingkat yang lebih rendah dari depresi. Kondisinya hanya mengalami kelelahan
emosional (merasa energi terkuras secara mental dan fisik.
Tingkat yang lebih serius dari bournout adalah depresi, di mana ditandai
dengam perasaan sedih yang mendalam, hilangnya minat atau kesenangan dalam
aktivitas sehari-hati, gangguan tidur (insomnia) , hilangnya nafsu makan dan
berat badan turun drastis, sulit konsentrasi dan ada pikiran untuk menghilangkan
nyawa sendiri
Burnout tidak hanya disebabkan oleh
kelelahan fisik akibat bekerja terlalu keras, tetapi juga oleh faktor
psikologis dan emosional. Tuntutan kerja yang tinggi, ekspektasi yang tidak
realistis, serta kurangnya penghargaan dan pengakuan dapat mempercepat terjadinya
burnout. Selain itu, kurangnya waktu untuk diri sendiri dan tidak adanya
aktivitas yang menyegarkan jiwa juga dapat memperburuk kondisi ini.
Lingkungan yang toksik juga berperan
besar dalam menyebabkan burnout. Tekanan sosial, persaingan tidak sehat, serta
kurangnya dukungan dari keluarga, teman, atau rekan kerja dapat memperparah
kondisi kelelahan mental. Self-esteem yang rendah juga dapat membuat seseorang
lebih rentan terhadap burnout, terutama jika ia merasa tidak cukup baik atau
tidak mampu memenuhi ekspektasi orang lain. Sebaliknya, dukungan dari
orang-orang terdekat seperti keluarga inti, teman, dan komunitas dapat menjadi
faktor protektif yang membantu individu menghadapi tekanan hidup.
Dalam Islam, keseimbangan (tawazun)
sangat ditekankan sebagai prinsip hidup. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: "Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
dunia..." (QS. Al-Qashash: 77). Ayat ini menegaskan bahwa seorang
Muslim harus menyeimbangkan antara aktivitas duniawi dan kebutuhan spiritual,
termasuk menjaga kesejahteraan diri agar tetap produktif dan sehat.
Islam juga mengajarkan pentingnya
menjaga kesehatan fisik dan mental. Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya badanmu memiliki
hak atas dirimu..." (HR. Bukhari & Muslim). Oleh karena itu,
menjaga pola makan yang sehat, beristirahat dengan cukup, serta berolahraga
menjadi bagian dari ajaran Islam dalam menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan
mental.
Dalam menghadapi stres, Islam
mengajarkan tawakkal dan mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat dan doa.
Allah berfirman: "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan shalat..." (QS. Al-Baqarah: 45). Shalat tidak hanya sebagai
ibadah, tetapi juga sebagai bentuk meditasi yang menenangkan jiwa dan
mengurangi kecemasan.
Bekerja dalam Islam bukan sekadar
mencari nafkah, tetapi juga bagian dari ibadah. Namun, Islam melarang sikap
berlebihan dalam bekerja hingga mengorbankan kesehatan. Allah berfirman: "Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A’raf: 31).
Ini mengajarkan umat Islam untuk bekerja dengan niat yang lurus, tetapi tetap
menjaga keseimbangan agar tidak terjerumus dalam kelelahan ekstrem.
Memiliki lingkungan sosial yang
sehat dan komunitas yang mendukung sangatlah penting dalam mencegah burnout.
Rasulullah ﷺ
bersabda: "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti bangunan yang
saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari & Muslim).
Dukungan dari komunitas yang baik dapat memberikan semangat, motivasi, serta
rasa nyaman dalam menghadapi tantangan hidup.
Tidak ada salahnya mencari bantuan
ahli jika merasa semua sudah diusahakan, namun kelelahan jiwa dan raga masih
belum berkurang. Pergilah ke psikolog untuk berkonsultasi mengenai masalah yang
sedang dihadapi. Jika tekanan semakin berat, ada baiknya berkonsultasi dengan
psikiater.
Akhirnya, semoga dengan semakin
dekat dengan Sang Pencipta dan mencoba melakukan penyembuhan diri, kamu yang
merasa sedang burnout dapat segera terobati. Dengan menerapkan prinsip Islam
dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat mengelola burnout dengan lebih
baik, menjaga keseimbangan antara kerja dan ibadah, serta membangun lingkungan
sosial yang mendukung untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan jiwa.
Sayangi dirimu sendiri. []