Bab. 3
Bebek Panggang
Oleh: Siti Hajar
Pada suatu hari yang cerah,
Aiman dan kawan-kawannya, Rafi dan Maya, merencanakan petualangan kuliner yang
seru. Kegiatan itu mereka namakan ”Memanggang Bebek Bersama”. Mereka
bersemangat karena ayah Aiman baru saja panen bebek dari kandangnya.
Sebelum acara bakar-bakaran
atau panggang-panggangan mereka membantu Ayah Aiman. Kali ini ayah Aiman
menerima pesanan dari rumah makan Pak Faiz sejumlah 70 ekor. Setelah membantu
ayah Aiman menangkap bebek, mereka pun mulai mempersiapkan kayu-kayu untuk
bahan bakar bebek.
Pertama sekali sebanyak
empat ekor bebek dipotong dan dibersihkan bulu-bulunya. Selanjutnya bebek-bebek
ini dibakar untk menghilangkan bulu-bulu halus. Kemudian mulai dipanggang
setelah ditusukkan pada bilah-bilah bambu yang sudah diraut dan dicuci bersih.
Aiman memasukkan kayu bakar
ke dalam panggangan dan dengan hati-hati menyusun arang untuk memastikan bebek
panggangnya nanti memiliki cita rasa yang sempurna.
Saat asap mulai mengepul
dan aroma wangi bebek panggang menguar, Aiman dan teman-temannya tak sabar
menanti. Mereka duduk di sekitar panggangan, menatap dengan penuh harap.
Terbayang sudah lezatnya bebek panggang yang tidak lama lagi akan mereka
santap. Air liur pun keluar tak tertahankan. Mereka menatap satu sama lain.
Seterusnya mereka tertawa ternyata mulut mereka sama-sama menunjukkan keinginan
yang besar untuk bisa segera menikmati hidangan lezat ini.
Namun, tiba-tiba Aiman
menyadari bahwa mereka lupa memberi garam pada bebek yang sedang dipanggang.
"Oh tidak, kita lupa garam!" ucap Aiman dengan wajah khawatir.
Tidak ingin mengecewakan
teman-temannya, Aiman segera berlari ke dalam rumah dan meminta garam pada bundanya.
Dengan cepat, ia kembali ke panggangan sambil tersenyum lega.
"Sekarang bebek
panggang kita akan lebih lezat!" seru Aiman, sambil menambahkan garam
dengan cermat.
Sambil menunggu bebeknya matang, Aiman teringat bagaimana awalnya bebek-bebek ini datang ke kandang mereka. Awalnya Ayah Aiman hanya beternak ayam saja. Namun pada suatu hari teman ayahnya-Om Fadlan datang membawa sekeranjang besar bebek yang sudah sudah hampir penuh bulunya. Kondisi bebek-bebek ini awalnya mengenaskan.
Mereka terlihat tidak terurus, kurus dan bulu-bulu mereka kusam. Om Fadlan yang saat itu baru saja menikah berencana merantau ke kota Medan. Sejak punya keinginan merantau Om Fadlan tidak lagi serius memperhatikan ternaknya.
Semangat Om
Fadlan tidak lagi seperti awal ketika baru saja memulia usahanya. Karena usaha
terak bebek dirasa tidak terlalu menguntungkan, akhirnya Om Fadlan memutuskan
untuk menjual bebek-bebeknya kepada Ayah Aiman.
Ayah Aiman merasa kasihan kepada bebek-bebek itu. Beliau tidak tega membiarkan nasib para bebek yang tidak terperhatikan. Ayah Aiman khawatir, kalau tidak ditangani dengan cepat, kemungkinan ternak yang sangat disukai dagingnya oleh orang Aceh ini mati dengan sendirinya.
Tentu ayah Aiman tidak ingin ini terjadi. Maka dengan senang
hati mereka menerima bebek-bebek Om Fadlan.
Sejak bebek-bebek ini
pindah ke kandang Aiman, mereka diurus dengan baik. Pemberian pakan dan
ketersedian air selalu dijaga dan diberi dengan teratur. Ayah Aiman juga
memberi vitamin dan konsentrat sehingga mereka kembali sehat serta berat
badannya bertambah. Akhirnya hari ini bebek-bebek ini dapat dipotong.
Tiba-tiba Rafi berteriak,
”Aiman bebeknya mulai hangus tuh!”
Aiman pun tersadar dari
lamunannya. ”Oh ...” sebentar ... sebentar ....” Aiman memindahkan bara api
yang berada di bawah bebek yang mulai hangus itu.
”Itu makanya, sambil
memanggang jangan banyak melamun, Aiman.” Tiba-tiba ayah sudah berada di
belakang mereka.
”Tidak, Ayah, Aiman hanya
teringat saat bebek-bebek ini tiba di kandang kita.”
”Oh, saat Om Fadlan mau
berangkat merantau dulu ya?”
”Iya, Ayah.”
”Sudah, sudah tidak usah
dipikirkan lagi, orang bebek-bebeknya sudah mau kita makan, kok.” Ayah Aiman
seakan tahu bagaimana perasaan Aiman dulu saat bebek-bebek ini kecil.
Akhirnya, bebek panggang
pun siap disantap. Mereka berkumpul di sekitar meja, menikmati hidangan yang
ditunggu-tunggu.
Pada akhirnya, petualangan
memanggang bebek ini bukan hanya tentang rasa lezat bebek panggang, tetapi juga
tentang kebersamaan, kerja sama, dan kegembiraan bersama teman-teman. Momen ini
akan selalu dikenang oleh Aiman dan kawan-kawannya sebagai salah satu hari yang
penuh keceriaan dan cita rasa yang tak terlupakan. []