Aiman dan Celengennya (Cerita Anak Bab-I)



Aiman dan Celengennya

Oleh: Siti Hajar

AIMAN  seperti  biasa mengantar  kue ke warung  kopi  Ustad  Faisal. Kue buatan  bunda  Aiman  sangat  diminati pelanggan  warung itu.

"Ustad,  kue  timphan  30 dan  kue lapis  50 buah,  ya.""Oke Aiman, minta  tolong  sampaikan  kepada  ayahmu  kalau  telur  ayam  kampung juga sudah habis, ya. Minta segera dibawakan lagi karena banyak yang butuh.”

Membantu Bunda mengantar kue-kue ke warung adalah bentuk kepatuhan anak terhadap orang tuanya. Aiman senang bisa membantu bundanya, walau kadang rasa enggan menghigapi Aiman saat hujan turun dan dia malas bangun tidur.

Pagi itu setelah menaruh  kue  di  dalam  rak, Aiman  menuju  ke arah Ustad  yang  sedang membuat  kopi. Aiman  melapor  berapa  jumlah  yang  dibawanya.

 Orang-orang di kampung Aiman suka dengan kopi kokc telur atau dalam bahasa Aceh sering disebutkan Boh manok weng (telur ayam kocok) yang biasanya dicampur dengan kopi.

"Baik  Ustad, nanti Aiman  sampaikan. Assalamualaikum Ustad," pamit  Aiman. 

Aiman  buru -buru karena  harus  segera  bersiap-siap ke  sekolah.

Sebelum  lupa  pesanan  Ustad  Faisal tadi, Aiman  segera  berlari ke kandang  ayam  yang  terletak  di sebelah  barat  rumah  mereka. Di sanalah Ayah Aiman sedang memberi makan ayam-ayam kampung. Ayah Aiman memiliki sekitar 200 ekor ayam kampung.

"Ayah,  tadi Ustad  bilang, kalau  telur  ayam  kampung  sudah  habis dan Pak  Ustad  minta  dibawakan  lagi."

"Oo begitu, Alhamdulillah. Tahukah, Aiman, stock telur ayam kita sudah habis bagaimana ya?" Ayah Aiman terlihat bingung. Beliau sedang berpikir bagaimana cara mengatasi permintaan telur yang terus meningkat.

”Apakah yang kemarin sudah habis semua, Yah?” Aiman teringat kemarin jumlah telur masih ada sekitar 2 lempeng lagi, atau sekitar 60 butir lagi.

”Sudah ayah antar semalam ke rumah Pak Anwar.” Pak Anwar butuh telur ayam kampung karena sedang masa penyembuhan pasca operasi.”

”Wah, emang bisa, yah, telur ayam untuk menyembuhkan orang yang baru habis operasi?”

”Insyaallah bisa, Aiman, orang kampung kita percaya bahwa telur ayam memiliki protein yang  cukup tinggi yang dapat mengantikan sel-sel yang rusak akibat sakit dan proses operasi,” terang ayah Aiman.

Kemudian Ayah melanjutkan bahwa telur ayam kampung memiliki protein yang lebih baik dari jenis ayam yang lain. Walau sebenarnya secara ilmiah mereka memiliki protein yang sama baiknya. Namun, yang mungkin terlihat istimewa adalah karena makanan yang diberikan kepada ayam kampung adalah makanan yang diolah sendiri oleh ayah aiman, bukan pakan yang dibeli yang berasal dari luar aceh. Jadinya bahan pembuat pakannya asli tidak ada campuran yang aneh-aneh.

Aiman paham sekarang mengapa telur kampung ayah Aiman sangat diminati oleh orang-orang di kampungnya.

”Kalau begitu kita perluas saja kandang kita ayah. Kita bisa memelihara ayam kampung lebih banyak lagi,” usul Aiman.

”Ini juga yang sedang ayah pikirkan Aiman. Hayuk sudah dulu obrolan kita, segera bersiap ke sekolah.” Aiman pun langsung berlari ke dalam rumah. Selanjutnya Dia sarapan dan siap-siap mendayung sepedanya menuju sekolah.

Ayah Aiman mulai berpikir tantang bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kandang. Beliau juga mulai berpikir mengenai uang yang dibutuhkan untuk membeli bibit ayam kampung yang baru.

Pulang sekolah Aiman makan siang bersama ayah dan bundanya. Wajah ayah masih terlihat murung seperti tadi pagi. Sepertinya masih ada yang Ayah Aiman pikirkan. Aiman kemudian bertanya kepada ayahnya.

”Ayah apakah ayah sudah putuskan berapa anak ayam kampung yang kita butuhkan untuk isi kandang yang baru?”

”Hem ... Ayah belum bisa putuskan karena tabungan ayah masih sedikit,” jawab Ayah.

”Tenang ayah, Insyaallah, Allah bantu, mari kita berdoa saja semoga ada jalan.” Bunda ikut menyemangati ayah.

Tiba-tiba Aiman mengatakan kepada ayahnya, ”Yah, ayah boleh pakai uang yang ada dalam celengan Aiman. Rasanya celengan Aiman sudah penuh, Yah.”

”Haa, bolehkah? Bukannya dulu Aiman katanya uang tabungan untuk beli sepeda baru?”

”Iya sih, Ayah. Tidak mengapa kok, sepeda Aiman yang sekarang masih baik, belum ada rusak hanya warnanya saja yang mulai pudar. Selebihnya sepeda Aiman masih enak dibawa balap, kok, Yah,” kata Aiman diiringi tertawa ayah dan Bunda Aiman.

”Eh, emangnya selama ini kamu sering balapan?” tanya Bunda mengingat bahaya dari main balap-balap sepeda. ”Enggak Bunda, sekali-kali aja, di lapangan bola kok bukan di jalan. Kecuali saat Aiman telat bangun tidur dan takut telat tiba di sekolah,” jelas Aiman disertai delik-an mata Ayah Aiman.

”Tenang Ayah, doakan saja anak ganteng ayah ini, selamat dunia dan akhirat,” pinta Aiman.  

”Siap, Amin,” doa Ayah dan Bunda Aiman.

Setelah makan siang akhirnya Aiman membuka celengan. Jumlahnya sangat lumayan mencukupi hampir setengah uang yang direncanakan Ayah Aiman untuk membeli bibit ayam kampung.

Aiman senang dapat membantu Ayahnya dengan hasil tabungan Aiman selama ini. Ayah dan Bunda Aiman juga bahagia memiliki anak yang baik dan memahami beban dan kesulitan orang tua.

Akhirnya kandang ayah Aiman sudah bisa menghasilkan telur-telur ayam kampung lebih banyak lagi. Walau belum bisa memenuhi semua kebutuhan pasar di daerah tempat tinggal Aiman, tetapi hasilnya sudah lebih dari yang Aiman dna yahnya harapkan. Kehidupan keluarga Aimanpun semakin baik. Mereka bisa lebih banyak lagi bersedekah dan membantu orang-orang yang membutuhkan.


Lebih baru Lebih lama