8 Tips Menghadapi
Anak Remaja yang Suka Membantah
Oleh: Siti Hajar
Anak lahir seperti kain putih yang bersih, dan tugas orang
tua serta lingkunganlah yang membentuk warna kepribadiannya. Dalam proses
tumbuh kembang, anak mengalami berbagai perubahan, terutama saat memasuki masa
remaja. Salah satu tantangan terbesar bagi orang tua adalah menghadapi anak
yang suka membantah. Hal ini sering kali membuat frustrasi, tetapi perlu
dipahami bahwa perilaku ini bukan semata-mata bentuk perlawanan, melainkan
bagian dari proses perkembangan.
Erik Erikson (1968) – Dalam teori perkembangan psikososialnya, Erikson menyebut bahwa remaja berada dalam tahap Identity vs. Role Confusion. Mereka mencoba mencari jati diri dan membangun otonomi, yang sering kali ditunjukkan dengan sikap membantah.
Sementara Laurence Steinberg (2001) – Dalam studinya tentang perkembangan remaja, Steinberg menjelaskan bahwa remaja mulai mengembangkan pemikiran kritis dan lebih mempertanyakan otoritas, termasuk orang tua.
Jauh sebelum dua terori di atas Jean Piaget (1952) mengatakan hal ini dalam teori perkembangan kognitif Piaget, remaja memasuki tahap formal operational, di mana mereka mulai berpikir lebih abstrak dan logis, sehingga lebih berani mempertanyakan aturan yang menurut mereka tidak masuk akal.
Beberapa faktor yang dapat
memicu anak menjadi suka membantah antara lain: Ketidakseimbangan emosi akibat
perubahan hormon. Tekanan dari lingkungan atau teman sebaya, ini tanpa kita
sadari bisa menyebabkan mereka membantah.
Pengaruh pergaulan yang tidak
sehat dan keinginan untuk diterima dalam kelompok tertentu serta kurangnya komunikasi
efektif dengan orang tua. Terkadang ada perasaan tidak dihargai atau kurangnya
kebebasan dalam mengambil keputusan. Ada anggapan bahwa anak diperlakukan
dengan tidak bijak, orang tua tidak memahami mereka.
Di era digital saat adanya kesenjangan pola hidup dan sudut
pandang antara zamannya orang tua dengan anak-anak Genzi sekarang. Perbedaan
ini sangat memungkinkan mereka membantah apa yang menurut orang tuanya benar.
Seperti apa seharusnya respon orang tua ketika anak
membantah? Hal yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan tidak langsung
bereaksi dengan kemarahan. Dengarkan alasan anak, baru kemudian memberi
tanggapan terhadap reaksinya.
Jangan sekali-kali mengambil sikap otoriter dalam kepanikan
dan rasa kesal saat anak membantah. Coba beri contoh komunikasi yang baik dan
saling menghormati.
Biasanya anak memasuki masa puber sikap membantah mereka
semakin tinggi. Masa pubertas adalah fase yang sulit, karena anak mulai
mengalami perubahan fisik dan emosional. Mereka juga mulai tertarik pada lawan
jenis, yang bisa menjadi faktor tambahan dalam perubahan sikap dan perilaku.
Orang tua perlu memahami bahwa ini adalah fase alami yang perlu diarahkan dengan
baik.
8 Tips Menghadapi Anak yang Suka Membantah
1. Beri
ruang untuk berdiskusi, bukan hanya sekadar memberi perintah. Membuat merek
paham tentang mengapa orang tua meminta sesuatu, misalnya mengenai pakaian yang
menutup aurat. Kasih tahu mereka bahwa sebagai orang beriman adalah kewajiban
untuk menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan. Ini adalah bentuk penghargaan
kepada diri sendiri. Ada pilihan-pilihan agar pakaian tetap terlihat rapi,
cantik dan anggun dengan tetap mempertimbangkan norma agamanya.
2. Gunakan
bahasa yang tenang dan tidak memprovokasi kemarahan. Sebagai orang tua tahan
diri untuk tidak bersikap meledak-ledak, kendalikan emosi anda. Pertahankan
nada suara di level yang rendah. Biarkan anak mengeluarkan kekesalannya.
3. Jadilah
pendengar yang baik untuk memahami alasan anak membantah. Beri tanggapan dan
pemahaman yang baik. Bukannya tidak setuju, tetapi ini penting atau tidak
penting untuk dilakukan. Kata-kata” Iya, ummi paham, namun ….” Biasanya ini
sangat efektif.
4. Beri
contoh perilaku yang menghormati orang lain. Sebagai makhluk sosial penting
bagi kita untuk menghormati orang lain. Menjaga untuk tidak mengganggu dan atau
menyakiti orang lain. Bahwa saling menghormati antar sesama adalah kewajiban
kita yang hidup di negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan
norma-norma agama.
5. Jangan
meremehkan pendapat anak, tetapi berikan arahan dengan bijak. Jika apa yang
disampaikan itu masuk akal, tentu anak akan mendengar apa yang kita sampaikan.
Jangan sekali-kali meremehkan atau merendahkan pendapat anak, karena nanti
mereka akan merasa tidak dihargai dan orangtuanya egois.
6. Tetapkan
aturan yang jelas dengan konsekuensi yang logis. Aturan-aturan harian ini perlu
ditulis. Beri sanksi jika mereka melanggarnya. Mulai dari hukuman yang ringan.
Jika tetap membantah dan tidak mau mengerjakannya, tentukan hukuman yang lebih
berat lagi. Tentu hukuman tidak berbentuk hukuman fisik. Biasanya pengurangan
uang jajan, dan waktu mempergunakan gadget dikurangi. Anak-anak sekarang jika
sudah berhubungan dengan uang jajan dan pegang ponsel biasanya itu akan
berjalan.
7. Libatkan
anak dalam pengambilan keputusan untuk melatih tanggung jawabnya. Tidak mengapa
sering membuat rapat keluarga, jika ada hal-hal yang krusial dan segera
diatasi. Libatkan mereka dalam mengambil keputusan. Seterusnya jika itu
berbentuk aturan dan kewajiban minta mereka untuk bertanggung jawab terhadap
keputusan yang telah disepakati.
8. Tetap
tunjukkan kasih sayang dan pengertian, meskipun anak bersikap menantang.
Katakan bahwa tidak ada orang tua yang jahat kepada anaknya. Aturan-aturan dan
nilai-nilai serta tanggung jawab yang diamahkan kepada mereka adalah bentuk
perhatian dan kasih-sayang orang tua. Yakinkan bahwa ini akan menjadi latihan
saat mereka besar nanti. Ini akan menguatkan mereka.
Membantah bukan berarti anak menjadi buruk atau tidak menghormati orang tua. Ini adalah bagian dari perkembangan mereka dalam mencari jati diri. Orang tua perlu menghadapi hal ini dengan sabar, penuh pengertian, dan strategi komunikasi yang efektif. Dengan memahami penyebab dan cara menanganinya, hubungan orang tua dan anak dapat tetap harmonis meskipun berada di tengah tantangan masa remaja. Selaku orang tua yang sedang menghadapi ini semoga kita kuat ya Moms. Love your life. []